APA ITU CANDI IJO?

Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang menyuguhkan pesona alam dan budaya serta pesawat yang tengah landing. Candi inilah yang membuat landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.
Wilayah Candi Ijo kalasan masih terletak diantara perbukitan yang sama denga candi lainnya seperti Candi Ratu Boko,Candi Barong dan Candi Banyunibo yang terletak di atas perbukitan kecamatan Prambanan. Menurut perkiraan, Candi Ijo ini dibangaun sekitar abad ke-9 Masehi. Bila wisatawan sudah sampai pada area candi, ke arah selatan akan nampak sebuah lembah yang curam yang sangat indah. Apabila wisatawan memandang ke arah Barat, akan tampak Bandara Adisucipto yang terletak di tepi barat perbukitan ini.
Bangunan Candi Ijo ini terdiri dari 17 struktur bangunan dan terbagi lagi menjadi 11 teras berundak. Teras pertama merupakan halaman yang akan menuju ke pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Pada teras paling tas terdapat delapan lingga patok, bangunan candi utama dan tiga candi perwara. Dari ke-11 teras ini, yang paling sakral terletak pada teras tertinggi yaitu teras ke-11.
Ragam relief yang dapat kita jumpai yang terpahat pada dinding candi menandakan candi ini peninggalan umat Hindu. Diatas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan atributnya. Kala makara dapat juga dijumpai pada candi penganut Budha yang menunjukkan bahwa candi ini merupakan bentuk akulturasi yaitu proses sosial yang timbul apabila terjadi pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi dalam hal ini antara kebudayaan Budha dan kebudayaan Hindu. Beberapa candi yang mempunyai motif kala makara antara lain candi Ngawen, Candi Plaosan dan Candi Sari.
Wisatawan dapat juga melihat peninggalan lain berupa Lingga – Yoni yang terdapat dalam candi. Lingga Yoni yang terdapat dalam Candi Ijo kalasan  ini mempunyai ukuran yang cukup besar dan terbesar di Indonesia. Menurut Kepala Unit Candi Ijo, besarnya ukuran Lingga Yoni tersebut menandakan besarnya pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati ( istrinya ). Selain mempresentasikan Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Lingga-Yoni merupakan gambaran dari sifat lelaki dan perempuan yang bisa bermakna sebagai kesuburan dan awal mula suatu kehidupan di dunia.
Batu Lingga berbentuk bulat silinder yang berdiri diatas Yoni yang berbentuk ceruk yang mempunyai ujung sebagai tempat aliran air.Pahatan berbentuk kepala naga dan kura-kura menopang tempat aliran air dari Yoni. Besar kemungkinan pemujaan terhadap Dewa Siwa dilaksanakan dengan menuangkan air diatas Lingga hingga mengalir ke Yoni dan aliran air tersebut dianggap sebagai air yang suci.
Setelah mengamati Lingga – Yoni yang menarik, wisatawan bisa meneruskan mengamati arca dan relief lain yang terdapat pada Candi Ijo Jogja. Terdapat arca nandi atau lembu dimana binatang ini merupakan kendaraan yang dipakai oleh Dewa Siwa. Sedangkan arca – arca lainnya sseperti arca Agastya, Ganesha dan Durga yang dulunya merupakan hiasan pada tempat-tempat tertentu pada dinding candi sekarang telah disimpan di Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3 ) Yogyakarta. Selanjutnya ada relief yang menggambarkan seorang lelaki dan perempuan yang sedang melayang yang menggambarkan Dewa Siwa dan Dewi Parwati sebagai lambang yang berguna untuk mengusir roh jahat.